Cara Menghitung Yield Obligasi dengan Benar

Table of Contents

Yield atau imbal hasil obligasi adalah metrik krusial yang digunakan investor untuk mengukur pengembalian investasi yang akan mereka terima dari obligasi. Berbeda dengan tingkat kupon (bunga tahunan) yang merupakan persentase tetap dari nilai nominal obligasi, yield obligasi mencerminkan hubungan antara pembayaran bunga yang diterima dengan harga yang dibayarkan investor untuk obligasi tersebut. Karena harga obligasi berfluktuasi di pasar, yield juga akan terus berubah, memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai potensi pendapatan riil.

Pemahaman yang komprehensif tentang berbagai jenis perhitungan yield sangat penting bagi investor obligasi. Setiap metode perhitungan yield memberikan perspektif yang berbeda tentang potensi pengembalian investasi, bergantung pada periode waktu yang dipertimbangkan dan asumsi mengenai reinvestasi kupon. Dengan menguasai lima cara utama perhitungan yield ini, investor dapat membandingkan daya tarik relatif dari berbagai obligasi dan membuat keputusan investasi yang lebih terinformasi.

Cara Menghitung Yield Obligasi



1. Yield Kupon (Coupon Yield) atau Tingkat Kupon


Yield kupon adalah cara paling sederhana untuk menghitung imbal hasil obligasi, dan sebenarnya merupakan tingkat bunga yang dijanjikan oleh penerbit saat obligasi diterbitkan. Ini dihitung dengan membagi total pembayaran kupon tahunan dengan nilai nominal (par value) obligasi. Metode ini memberikan panduan mengenai jumlah pendapatan tunai tahunan yang akan diterima investor relatif terhadap nilai pokok obligasi.


Penting untuk dicatat bahwa yield kupon tidak berubah selama masa obligasi dan tidak memperhitungkan perubahan harga obligasi di pasar sekunder. Oleh karena itu, bagi investor yang membeli obligasi di pasar sekunder dengan harga yang berbeda dari nilai nominalnya, yield kupon tidak akan secara akurat mencerminkan pengembalian investasi yang sebenarnya.

2. Yield Saat Ini (Current Yield)


Current Yield adalah perhitungan yield yang paling sederhana yang mencerminkan pengembalian tunai tahunan dari obligasi relatif terhadap harga pasar obligasi saat ini. Metode ini memberikan gambaran yang lebih akurat tentang pengembalian yang diperoleh investor saat ini, terutama jika obligasi dibeli dengan harga diskon atau premium (di atas nilai nominal).

Current yield lebih bermanfaat daripada yield kupon karena menggunakan harga pasar yang sebenarnya. Namun, kelemahannya adalah ia tidak memperhitungkan keuntungan atau kerugian modal (selisih antara harga beli dan nilai nominal saat jatuh tempo) yang akan direalisasi ketika obligasi jatuh tempo.

3. Yield Sampai Jatuh Tempo (Yield to Maturity - YTM)


Yield to Maturity (YTM) adalah metrik yield yang paling sering digunakan dan dianggap paling komprehensif. YTM adalah tingkat pengembalian total tahunan yang diharapkan investor jika obligasi dipegang hingga tanggal jatuh tempo, dengan asumsi bahwa semua pembayaran kupon diinvestasikan kembali pada tingkat YTM yang sama. YTM memperhitungkan harga pasar saat ini, nilai nominal, tingkat kupon, dan waktu hingga jatuh tempo.

Menghitung YTM secara eksak memerlukan kalkulator keuangan atau metode iterasi, karena melibatkan penyelesaian persamaan nilai sekarang (NPV) dari semua arus kas obligasi (kupon di masa depan dan pokok akhir). Secara konseptual, YTM adalah tingkat diskonto internal (IRR) yang menyamakan harga pasar obligasi saat ini dengan nilai sekarang dari semua arus kas di masa depan.

4. Yield Saat Panggilan (Yield to Call - YTC)


Beberapa obligasi memiliki klausul dapat dipanggil kembali (callable), yang berarti penerbit berhak membeli kembali obligasi dari investor sebelum tanggal jatuh tempo yang ditentukan. Untuk obligasi jenis ini, investor harus menghitung Yield to Call (YTC), yang merupakan imbal hasil yang diharapkan jika obligasi dipanggil pada tanggal panggilan pertama yang memungkinkan.

Perhitungan YTC mirip dengan YTM, tetapi pembayaran pokok diasumsikan terjadi pada tanggal panggilan (call date) dan bukan pada tanggal jatuh tempo, dan harga obligasi digantikan dengan harga panggilan (call price). YTC memberikan pandangan konservatif tentang potensi pengembalian, karena obligasi kemungkinan besar akan dipanggil jika suku bunga turun dan YTC lebih rendah dari YTM.

5. Yield Sampai Paling Buruk (Yield to Worst - YTW)


Yield to Worst (YTW) adalah perhitungan yang paling hati-hati dan konservatif dari potensi yield obligasi. YTW dihitung dengan mengambil nilai terendah dari semua kemungkinan yield yang dapat diperoleh dari obligasi tersebut. Untuk obligasi tanpa klausul panggilan, YTW sama dengan YTM.

Namun, untuk obligasi yang dapat dipanggil kembali, YTW akan menjadi nilai minimum antara YTM atau YTC yang dihitung untuk semua tanggal panggilan yang tersedia. Investor menggunakan YTW untuk menentukan pengembalian minimum yang dapat mereka harapkan dari obligasi tersebut, yang sangat penting untuk manajemen risiko dan perencanaan pengembalian yang konservatif.

Kesimpulan


Terdapat lima cara utama untuk menghitung yield obligasi, dan setiap metode memberikan perspektif yang unik dan penting bagi investor. Mulai dari Yield Kupon yang statis hingga Current Yield yang lebih realistis berdasarkan harga pasar saat ini. Namun, metrik yang paling komprehensif adalah YTM (Yield to Maturity), yang mencerminkan total pengembalian tahunan dengan asumsi obligasi dipegang hingga jatuh tempo dan kupon diinvestasikan kembali.

Sementara YTM berfungsi sebagai standar, investor juga harus mempertimbangkan YTC dan YTW jika obligasi tersebut callable. Penguasaan lima perhitungan yield ini memungkinkan investor untuk menilai risiko dan potensi pengembalian secara mendalam, memastikan bahwa mereka dapat membuat perbandingan yang akurat antara berbagai instrumen utang dan membangun portofolio investasi pendapatan tetap yang sesuai dengan tujuan keuangan mereka.


Post a Comment