Cara Kerja Kupon Obligasi yang Perlu Anda Ketahui

Table of Contents

Kupon obligasi adalah salah satu komponen paling fundamental dari investasi obligasi. Istilah "kupon" berasal dari masa lalu, di mana obligasi fisik memiliki kupon yang dapat dirobek dan ditukarkan dengan pembayaran bunga. Saat ini, kupon merujuk pada tingkat bunga periodik yang dijanjikan oleh penerbit obligasi (peminjam) kepada pemegang obligasi (investor). Kupon selalu dinyatakan sebagai persentase dari nilai nominal (par value) obligasi dan merupakan pendapatan tetap yang diterima investor secara berkala.

Memahami cara kerja kupon sangat penting karena kupon menentukan aliran pendapatan dari obligasi dan memengaruhi bagaimana obligasi tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Kupon berfungsi sebagai kompensasi utama bagi investor karena telah meminjamkan dananya kepada penerbit. Berbagai aspek cara kerja kupon—mulai dari tingkat penetapannya, jadwal pembayarannya, hingga pengaruhnya terhadap harga pasar—menjadi penentu utama dalam menilai daya tarik dan risiko suatu instrumen utang.

Cara Kerja Kupon Obligasi



1. Penentuan dan Pembayaran Tingkat Kupon


Tingkat kupon ditetapkan dan dikunci oleh penerbit pada saat obligasi pertama kali diterbitkan, dan biasanya tetap sama (obligasi fixed-rate) selama masa berlaku obligasi. Tingkat kupon didasarkan pada kondisi pasar yang berlaku, peringkat kredit penerbit, dan suku bunga acuan saat tanggal penerbitan. Misalnya, obligasi dengan nilai nominal Rp1.000.000 dan kupon 8% akan membayar Rp80.000 per tahun.

Pembayaran kupon biasanya dilakukan secara periodik, yang paling umum adalah dua kali setahun (semiannual). Pada setiap tanggal pembayaran yang ditentukan (coupon payment date), penerbit mentransfer jumlah bunga yang jatuh tempo kepada investor yang tercatat sebagai pemilik obligasi pada tanggal pencatatan (record date). Mekanisme pembayaran yang teratur ini memastikan adanya arus kas yang stabil bagi pemegang obligasi.

2. Kupon Mempengaruhi Harga Obligasi di Pasar Sekunder


Tingkat kupon obligasi yang telah diterbitkan memiliki hubungan terbalik dengan pergerakan suku bunga pasar yang baru. Jika setelah obligasi diterbitkan suku bunga pasar acuan naik, obligasi yang telah ada dengan kupon lebih rendah akan menjadi kurang menarik, sehingga harganya di pasar sekunder turun (diperdagangkan dengan diskon) agar yield totalnya kompetitif.

Sebaliknya, jika suku bunga pasar turun setelah penerbitan, obligasi yang telah ada dengan kupon yang lebih tinggi akan menjadi sangat diminati, sehingga harganya di pasar sekunder naik (diperdagangkan dengan premium). Dengan kata lain, kupon obligasi bekerja sebagai titik acuan yang dibandingkan investor dengan yield instrumen baru di pasar, yang pada akhirnya menentukan apakah obligasi dijual pada harga nominal, premium, atau diskon.

3. Kupon Sebagai Dasar Perhitungan Yield


Kupon obligasi menjadi dasar untuk menghitung metrik imbal hasil penting seperti Current Yield dan Yield to Maturity (YTM). Current Yield dihitung dengan membagi pembayaran kupon tahunan dengan harga pasar obligasi saat ini. Ini menunjukkan pengembalian investor dari pendapatan kupon relatif terhadap biaya pembelian obligasi.

Sementara itu, YTM menggunakan kupon sebagai komponen utama dari arus kas masa depan, kemudian mendiskontokannya kembali bersama nilai pokok untuk menemukan tingkat pengembalian internal yang menyamakan total arus kas dengan harga pasar obligasi saat ini. Dalam kedua perhitungan yield tersebut, tingkat kupon adalah angka tetap yang krusial untuk menentukan total profitabilitas obligasi.

4. Kupon Menggunakan Konvensi Jumlah Hari (Day Count Convention)


Ketika obligasi dijual di antara tanggal pembayaran kupon, pembeli harus membayar kepada penjual bunga yang telah terakumulasi sejak tanggal pembayaran kupon terakhir. Ini dikenal sebagai bunga berjalan (accrued interest). Cara menghitung bunga berjalan ini diatur oleh konvensi jumlah hari (day count convention) yang berbeda-beda tergantung jenis obligasinya.

Konvensi umum termasuk Actual/Actual (untuk obligasi pemerintah) dan 30/360 (untuk obligasi korporasi), yang menentukan bagaimana jumlah hari antara transaksi dihitung. Konvensi ini memastikan bahwa penjual menerima bagian bunga yang adil untuk periode kepemilikan mereka, sementara pembeli akan menerima pembayaran kupon penuh pada tanggal berikutnya, yang sebagian dananya telah dibayar di muka kepada penjual.

5. Jenis Kupon yang Berbeda (Fixed-Rate vs. Floating-Rate)


Meskipun kupon sebagian besar bersifat tingkat tetap (fixed-rate), beberapa obligasi menggunakan kupon tingkat mengambang (floating-rate) atau floater. Kupon tetap bekerja dengan memberikan pembayaran bunga yang sama setiap periode terlepas dari perubahan suku bunga pasar. Obligasi fixed-rate memberikan kepastian pendapatan, tetapi berisiko lebih besar terhadap fluktuasi harga akibat perubahan suku bunga.

Sebaliknya, kupon mengambang disesuaikan secara berkala berdasarkan suku bunga acuan pasar (misalnya, suku bunga antarbank), ditambah dengan margin tertentu. Kupon floating-rate bekerja dengan membantu melindungi investor dari risiko kenaikan suku bunga, karena kupon mereka akan meningkat seiring kenaikan suku bunga pasar, membuat harga pasar obligasi cenderung lebih stabil mendekati nilai nominal.

Kesimpulan


Kupon obligasi adalah jantung dari investasi pendapatan tetap, bekerja tidak hanya sebagai pembayaran bunga sederhana tetapi juga sebagai faktor penentu utama dalam dinamika harga obligasi. Cara kerja kupon mencakup penetapannya yang tetap sebagai persentase dari nilai nominal, jadwal pembayarannya yang menghasilkan arus kas periodik, serta peran sentralnya dalam memengaruhi harga obligasi di pasar sekunder sebagai reaksi terhadap perubahan suku bunga.

Selain itu, kupon bekerja sebagai elemen dasar untuk perhitungan yield obligasi yang kompleks, menentukan bagaimana bunga berjalan dihitung melalui konvensi jumlah hari, dan mengambil bentuk yang berbeda (tetap atau mengambang) untuk menyesuaikan dengan kondisi risiko suku bunga yang berbeda. Memahami lima mekanisme ini memberdayakan investor untuk menilai obligasi dengan lebih tepat, memilih instrumen yang paling sesuai dengan kebutuhan pendapatan dan toleransi risiko mereka.


Post a Comment